Halaman

Rabu, 25 Juli 2012

Akar Sejarah Perbedaan NU - Muhammadiyah

Tulisan di bawah ini sangat menarik mengupas Latar belakang beda pendapat antara Nahdlatul Ulama (NU)  dan Muhammadiyah (MD) dalam masalah LEBARAN dan RAMADHAN.


LEBARAN DUA VERSI, MUHAMMADIYAH "BIANG KEKACAUAN" ?

Oleh : ahmad musta'in syafi'ie
Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy'ari itu sekawan, sama-sama menunut ilmu agama di Arab Saudi. Sama-sama ahli Hadis dan sama-sama ahli fikih. Saat hendak pulang ke tanah air, keduanya membuat kesepakatan menyebarkan islam menurut skil dan lingkungan masing-masing.


Kiai Ahmad bergerak di bidang dakwah dan pendidikan perkotaan, karena berasal dari kuto Ngayogyokarto. Sementara kiai Hasyim memilih pendidikan pesantren karena wong ndeso, Jombang. Keduanya adalah orang hebat, ikhlas dan mulia. Allahumm ighfir lahum.

Keduanya memperjuangkan kemerdekaan negeri ini dengan cara melandasi anak bangsa dengan pendidikan dan agama. Kiai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dan kiai Hasyim Asy'ari mendirikan Nahdlatul Ulama (NU). Saat beliau berdua masih hidup, tata ibadah yang diamalkan di masyarakat umumnya sama meski ada perbedaan yang sama sekali tidak mengganggu.

Contoh kesamaan praktek ibadah kala itu antara lain : Pertama, shalat tarawih, sama-sama dua puluh rakaat. Kiai Ahmad Dahlan sendiri disebut-sebut sebagai imam shalat tarawih dua puluh rakaat di masjid Syuhada Yogya. Kedua, talqin mayit di kuburan, bahkan ziarah kubur dan kirim doa dalam Yasinan dan tahlilan (?). Ketiga, baca doa qunut Shubuh. Keempat, sama-sama gemar membaca shalawat (diba'an).

Kelima, dua kali khutbah dalam shalat Id, Idul Ftri dan Idul Adha. Keenam, tiga kali takbir, "Allah Akbar", dalam takbiran. Ketujuh, kalimat Iqamah (qad qamat al-shalat) diulang dua kali, dan yang paling monumental adalah itsbat hilal, sama-sama pakai rukyah. Yang terakhir inilah yang menarik direnungkan, bukan dihakimi mana yang benar dan mana yang salah.

Semua amaliah tersebut di atas berjalan puluhan tahun dengan damai dan nikmat. Semuanya tertulis dalam kitaf Fikih Muhammadiayah yang terdiri dari tiga jilid, yang diterbitkan oleh : Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka Jogjakarta, tahun 1343an H. Namun ketika Muhammadiyah membentuk Majlis Tarjih, di sinilah mulai ada penataan praktik ibadah yang rupanya " harus beda " dengan apa yang sudah mapan dan digariskan oleh pendahulunya. Otomatis berbeda pula dengan pola ibadahnya kaum Nahdhiyyin. Perkara dalail, nanti difikir bareng dan dicari-carikan.

Disinyalir, tampil beda itu lebih dipengaruhi politik ketimbang karena keshahihan hujjah atau afdhaliah ibadah. Untuk ini, ada sebuah Tesis yang meneliti Hadis-hadis yang dijadikan rujukan Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam menetapkan hukum atau pola ibadah yang dipilih.

Setelah uji takhrij berstandar mutawassith, kesimpulannya adalah : bahwa mayoritas Hadis-Hadis yang pakai hujjah Majlis Tarjih adalah dha'if. Itu belum dinaikkan pakai uji takhrij berstandar mutasyaddid versi Ibn Ma'in. Hal mana, menurut mayoritas al-Muhadditsin, hadis dha'if tidak boleh dijadikan hujjah hukum, tapi ditoleransi sebagai dasar amaliah berfadhilah atau Fadha'il al-a'mal. Tahun 1995an, Penulis masih sempat membaca tesis itu di perpustakaan Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Ygyakarta.

Soal dalil yang dicari-carikan kemudian tentu berefek pada perubahan praktik ibadah di masyarakat, kalau tidak disebut sebagai membingungkan. Contoh, ketika Majlis Tarjih memutuskan jumlah rakaat shalat Tarawih depalan plus tiga witir, bagaimana praktiknya ?.

Awal-awal instruksi itu, pakai komposisi : 4,4,3. Empat rakaat satu salam, empat rakaat satu salam. Ini untuk tarawih. Dan tiga rakaat untuk witir. Model witir tiga sekaligus ini vrsi madzahab Hanafi. Sementara wong NU pakai dua-dua semua dan ditutup satu witir. Ini versi al-Syafi'ie.

Tapi pada tahun 1987, praktik shalat tarawih empat-empat itu diubah menjadi dua-dua. Hal tersebut atas seruan KH Shidiq Abbas Jombang ketika halaqah di masjid al-Falah Surabaya. Beliau tampilkan hadis dari Shahih Muslim yang meriwayatkan begitu. Karena, kualitas hadis Muslim lebih shahih ketimbang Hadis empat-empat, maka semua peserta tunduk. Akibatnya, tahun itu ada selebaran keputusan majlis tarjih yang diedarkan ke semua masjid dan mushallah di lingkungan Muhammadiyah, bahwa praktik shalat tarawih pakai komposisi dua-dua, hingga sekarang, meski sebagian masih ada yang tetap bertahan pada empat-empat. Inilah fakta sejarah.

Kini soal itsbat hilal pakai rukyah. Tolong, lapangkan dada sejenak, jangan emosi dan jangan dibantah kecuali ada bukti kuat. Semua ahli falak, apalagi dari Muhammadiyah pasti mengerti dan masih ingat bahwa Muhammadiyah dulu dalam penetapan hilal selalu pakai rukyah bahkan dengan derajat cukup tinggi. Hal itu berlangsung hingga era orde baru pimpinan pak Harto. Karena orang-orang Muhammdiyah menguasai deprtemen Agama, maka tetap bertahan pada rukyah derajat tinggi, tiga derajat ke atas dan sama sekali menolak hilal dua derajat. Dan inilah yang selalu pakai pemerintah. Sementara ahli falak Nadhliyyin juga sama mengunakan rukyah tapi menerima dua derajat sebagai sudah bisa dirukyah. Dalil mereka sama, pakai Hadis rukyah dan ikmal.

Oleh karena itu, tahun 90an, tiga kali berturut-turut orang NU lebaran duluan karena hilal dua derajat nyata-nyata sudah bisa dirukyah, sementara Pemerintah-Muhammadiyah tidak menerima karena standar yang dipakai adalah hilal tinggi dan harus ikmal atau istikmal. Ada lima titik atau lebih tim rukyah gabungan menyatakan hilal terukyah, tapi tidak diterima oleh departemen agama, meski pengadilan setempat sudah menyumpah dan melaporkan ke Jakarta. Itulah perbedaan standar derajat hilal antara Muhammadiyah dan NU. Masing-masing bertahan pada pendiriannya.

Setelah pak Harto lengser dan Gus Dur menjadi presiden, orang-orang Muhammadiyah berpikir cerdas dan tidak mau dipermalukan di hadapan publiknya sendiri. Artinya, jika masih pakai standar hilal tinggi, sementara mereka tidak lagi menguasai pemeritahan, pastilah akan lebaran belakangan terus. Dan itu berarti lagi-lagi kalah start dan kalah cerdas. Maka segera mengubah mindset dan pola pikir soal itsbat hilal. Mereka tampil radikal dan meninggalkan cara rukyah berderajat tinggi. Tapi tak menerima hilal derajat, karena sama dengan NU.

Lalu membuat metode "wujud al-hilal". Artinya, pokoknya hilal menurut ilmu hisab atau astronomi sudah muncul di atas ufuk, seberapapun derajatnya, nol koma sekalipun, sudah dianggap hilal penuh atau tanggal satu. Maka tak butuh rukyah-rukyahan seperti dulu, apalagi tim rukyah yang diback up pemerintah. Hadis yang dulu dielu-elukan, ayat al-Qur'an berisikan seruan " taat kepada Allah, Rasul dan Ulil amr " dibuang dan arergi didengar. Lalu dicari-carikan dalil baru sesuai dengan selera.

Populerkah metode "wujud al-hilal" dalam tradisi keilmuwan falak ?. Sama sekali tidak, baik ulama dulu maupu sekarang.

Di sini, Muhammdiyah membuat beda lagi dengan NU. Kalau dulu, Muhammadiyah hilal harus berajat tinggi untuk bisa dirukyah, hal mana pasti melahirkan beda keputusan dengan NU, kini membuang derajat-derajatan secara total dan tak perlu rukyah-rukyahan. Menukik lebih tajam, yang penting hilal sudah muncul berapapun derajatnya. Sementara NU tetap pada standar rukyah, meski derajat dua atau kurang sedikit. Tentu saja beda lagi dengan NU. Maka, selamanya tak kan bisa disatukan, karena sengaja harus tampil beda. Dan itu sah-sah saja.

Dilihat dari fakta sejarah, pembaca bisa menilai sendiri sesungguhnya siapa yang sengaja membuat beda, sengaja tidak mau dipersatukan, siapa biang persoalan di kalangan umat ?.

Menyikapi lebaran dua versi, warga Muhammadiyah pasti bisa tenang karena sudah biasa diombang-ambingkan dengan perubahan pemikiran pimpinannya. Persoalannya, apakah sikap, ulah atau komentar mereka bisa menenangkan orang lain ?.

Perkara dalil nash atau logika, ilmu falak klasik atau neutik, rubu' atau teropong moderen sama-sama punya. Justeru, bila dalil-dalil itu dicari-cari belakangan dan dipaksakan, sungguh mudah sekali dipatahkan.

Hebatnya, semua ilmuwan Muhammadiyah yang akademis dan katanya kritis-kritis itu bungkam dan tunduk semua kepada keputusan majlis tarjih. Tidak ada yang mengkritik, padahal kelamahan akademik pasti ada. Minal aidin al-faizin, mohon maaf lahir dan batin.

70 komentar:

  1. gak profesional data gak lengkap statemen asal2an

    BalasHapus
  2. Ini tulisannya terlalu banyak bersifat subyektif. Harus fair dalam menilai 2 golongan, toh juga sama2 muslim...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah yg bener... bukan kah kalian adalah golongan intelektual kelas atas... buktikan donk klo tulisan itu tak berdasar.... beda sama kami... muslim ndeso yg bodoh... haha

      Hapus
  3. artikel kok kayaknya lebih condong ke NU,..pelajari dlu al qur'an dan al hadis aja sampai hafal dan bisa di mengerti..lalu di amalkan,..karna ini pedoman muslim,,gak usah gontok2an...

    BalasHapus
  4. Jgn menjelek2kn sesama aluran...toh sama2 muslim...Allah,rosul,kitab jg sama.

    BalasHapus
  5. KOK SEMUA Pd sirik sih,,,,toh kan ini blog NU , saya aja yg MUHAMADIYAH gk gt.... klo emng itu bukti ..ea kita sadari aja, cz dulu guru besar kyai saya KH.AHMAD DAHLAN semoga ALLah menempatkannya di tempat yng mulia.. beliau seperguruan dengan kiai nya NU ,beliau almagfurlah KH.HASYIM ASY'ARI ..semoga beliau jg mendapat tempat yang mulia jg di sisiNYA. amin...

    BalasHapus
  6. sama shalat lima waktu sama - sama percaya pada alquran dan Allah, kenapa harus diperdebatkan? jangan subyektif...

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak sama... karena kami mungkin yg mnganut ajaran NU bagi sbagian orang di luar kami yg merasa bhwa ajaran nya lurus dari Nabi Muhamad S.A.W... bhwa kami adalah muslim terbelakang dan sesat....

      Hapus
    2. tidak sama... karena kami mungkin yg mnganut ajaran NU bagi sbagian orang di luar kami yg merasa bhwa ajaran nya lurus dari Nabi Muhamad S.A.W... bhwa kami adalah muslim terbelakang dan sesat....

      Hapus
  7. Sudahlah, , Penilaian dari manusia bisa benar-bisa salah, ,
    Kita ini islam, entah ini blog Nu atau Muhammadiyah, , Jangan membesar2kan sesuatu yang gag jelas. .
    kalau memang menulis statement yang belum pasti bukti2nya, , mendingan gag usah ditulis kan, , Malah akan menghancurkan umat kita sendiri nantinya,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang gak jelas di tulisan di atas yang mana ya ?

      Hapus
    2. Yang gak jelas di tulisan di atas yang mana ya ?

      Hapus
  8. monggolah semua kita sikapi dengan arif dan bijaksana,,, toh yg namanya khilafiyah itu sudah ada sejak zaman Sahabat. kalau kita paksanakan untuk sama antar golongan pastilah itu sangat susah bahkan bisa dikatakan tidak mungkin, karena masing2 punya pedoman sendiri2. yang penting jangan saling menghina satu sama lain,jangan mengaku paling bener,,, karena al-Muslim Akhul Muslim. yg tahlil mereka tidak salah, karena dulu wali songo mengajarkan, yg tidak tahlil ya tidak salah, itulah indahnya Islam.
    janganlah perbedaan itu menjadikan permusuhan, tpi perbedaan adalah Rahmat. Ingat...!!! ISLAM RAHMATAN LIL'ALAMIIN.

    BalasHapus
  9. memang fakta gan, kalo muhammadiyah(MD) itu hampir sama ibadahnya dg NU di masa2 awal berdirinya ke2 orgnisasi itu, tapi entah knp MD lambat laun agak berbeda dengan dari yg dulu, dari salat tarawih 8 rkaat, takbir 2 kali, dll. Memang sudah mjd rahasia umum bahwa MD memang ingin berbeda dengan NU. malahan seorang kiyai besar mengaku punya kitab aasli karangan KH. ahmad dahlan yg hisinya kurang lebih mirip dg NU dari segi fiqih maupun lainnya saya kurang tau,,,,,

    BalasHapus
  10. ada yang beda di blog saya
    mampir ya
    http://nu-watchandcare.blogspot.com

    BalasHapus
  11. Pendiri Muhamadiyah dan NU sama-sama pernah belajar pada Kyai NU asal Semarang yaitu: Kyai Sholah Darat. Pada awalnya ibadahnya sama dengan NU tetapi sejak adanya Dewan Tajrih yang disusupi penganut Wahabi akhirnya amalanya beda dengan NU. Kasihan KH. Ahmad Dahlan organisasinya dibajak oleh pengikut Wahabi.

    BalasHapus
  12. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا


    "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai,.." (Q.S.3:103)

    pelajari fiqh pebedaan...

    BalasHapus
  13. Berpeganglah pada al quran dan as sunnah yang berdasarkan pemahaman salafusshalih

    BalasHapus
  14. membuat tulisan dengan jiwa emosional... sungguh tak arif...sungguh tak bijaksana...

    BalasHapus
  15. jgn terlalu subjective, kita sesama muslim lebih banyak saling ribut mencari kelemahan NU & Muhammadiyah.. tak usah sibuk,, yakini apa yang menurut anda terbaik dan jalani sebaik mungkin segala perintah Allah SWT dan segala Larangannya. Aminnn... Insa Allah

    BalasHapus
  16. Orang yang buat artikel ini IQ nya masih kelas bawahan
    saran saya Anda perdalam ajaran Islam NU dan Muhammdiyah, trus ambil perbandingan berdasarkan yg bisa diterima akal dan berdasarkan AlQuran yg kuat

    Hadist skrang itu bnyak yg sesat,, Intinya Di AlQURAN

    BalasHapus
    Balasan
    1. ciri ciri orang yg suka tampil beda adalah merendahkan orang lain....

      Hapus
  17. Penulis gak paham esensi cara menulis blog yang baik sebagai seorang peneliti, jelas tidak berimbang dan bertitik pada pemikiran skeptisisme sempit.
    Sangat stagnan,jumud,dan pro tradisionalis.
    Hehehhe...
    Islam adalah agama bukan tradisi..
    Mengawinkan agama dan tradisi, waduh....
    Hati2 sesat dijalan... :)

    ps: nulis alergi aja arergi.. hehehe.. ketaker nih pengetahuan dan ilmunya si penulis... belajar lagi nak... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduuuuhh... yg merasa golongan umat berilmu dan paling benar....ckckck.... peace....hehe

      Hapus
  18. Tidak ada salahnya ada orang kasih masukan, tinggal kita berpikir jernih, silahkan dianalisa data-data yang diberikan, kalau memang salah, ya silahkan dibantah, tentu dengan data yang lebih akurat, tapi kalau memang betul, ya diterima saja sebagai fakta sejarah, bahwa itu memang pernah terjadi seperti itu,tidak usah ribut membantah tapi juga asal bantah saja, ujung-ujungnya saling menjelekkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul bgt itu pak.... setuju..... jgn asal kebakaran jenggot... apalagi pake menghina .... mengatakan islam tradisional dsb. emang jaminan ya mereka yg merasa paling benar akan masuk sorga....

      Hapus
  19. Tidak ada salahnya ada orang kasih masukan, tinggal kita berpikir jernih, silahkan dianalisa data-data yang diberikan, kalau memang salah, ya silahkan dibantah, tentu dengan data yang lebih akurat, tapi kalau memang betul, ya diterima saja sebagai fakta sejarah, bahwa itu memang pernah terjadi seperti itu,tidak usah ribut membantah tapi juga asal bantah saja, ujung-ujungnya saling menjelekkan.

    BalasHapus
  20. Tidak ada salahnya ada orang kasih masukan, tinggal kita berpikir jernih, silahkan dianalisa data-data yang diberikan, kalau memang salah, ya silahkan dibantah, tentu dengan data yang lebih akurat, tapi kalau memang betul, ya diterima saja sebagai fakta sejarah, bahwa itu memang pernah terjadi seperti itu,tidak usah ribut membantah tapi juga asal bantah saja, ujung-ujungnya saling menjelekkan.

    BalasHapus
  21. maaf min,

    blog anda sudah banyakn menimbulkan kericuhan, tolong di tertibkan demi keindahan blog dan Beragama

    BalasHapus
  22. Takok o karo seng dirikno NU & Muhammadiyah ben jelas...

    BalasHapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. NU dan muhammadyah itu pastilah sangat beda! muhammadyah itu hax berpegang teguh kepada alqur'an dan sunnah seperti halnya wahaby! sedangkan NU, baxk amalan-amalanx yang tidak bersumber dari alqur'an dan hadist seperti misalx tahlilan, kenduri, qunut shubuh, barzanji, DLL.. dimana semuax itu tidak ada diarab saudi. jadi kesimpulanx adalah NU adalah islam indonesia dengan ciri khasx tersendiri, sedangkan muhammadyah dan wahaby adalah islam arab saudi. karna saya sebagai warga indonesia! saya lebih memilih jadi islam indonesia dari pada islam arab saudi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti pendiri Muhammadiyah kh. Ahmad Dahlan kira2 masuk golongan yang mana ya ? Karena amalan fikih beliau sebagian besar sama dengan nu.

      Hapus
  25. NU adalah islam indonesia, sedangkan wahaby dan muhammadyah adalah islam arab saudi

    BalasHapus
  26. misi wahaby dan muhammadyah adalah ingin memurnikan ajaran akidah islam, sedangkan misi NU adalah ingin memelihara tradisi leluhur dan budaya indonesia dari tindak arabisasi. ayo NU berjuanglah terus

    BalasHapus
  27. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  28. NU dan MUHAMMADYAH, perbeda'anx bagaikan air dan minyak, ngga mungkin bisa bersatu. tapi bagi saya, NU lebih keren karna indonesia banget

    BalasHapus
  29. NU dan muhammadyah, sama2 menyembah allah dan sama2 mengikuti sunnah nabi, cuma bedax muhammadyah dan wahaby hax mengikuti alqur'an dan sunnah nabi saja tampa adax ajaran tambahan, sedangkan NU malah sebalikx, tapi belum tentu ajaran NU salah

    BalasHapus
  30. NU, muhammadyah, wahaby, islam liberal, islam syi'ah ! walau beda pendapat, sebaikx harus saling menghargai, itu lebih penting, ngga usah saling menghujat, siapapun pendapatx yang benar, hax allah yang tahu

    BalasHapus
  31. wahaby, PKS, muhammadyah, HTI, semuax adalah ANTUM BAHLUL, sangat kental dengan arab-arabx ! sedangkan NU kental dengan indonesiax

    BalasHapus
  32. muhammadyah dan wahaby pengikut nabi muhammad, sedangkan NU pengikut nabi muhammad dan GUSDUR

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, lahirnya duluan mana NU dengan gusdur, kok bilang NU pengikut gusdur?

      Hapus
  33. seharusx kita umat islam harus belajar lebih baxk kepada almarhum gusdur, karna beliau pemikir hebat dan jenius, sehingga membuat islam bercahaya terang benderang yang menyinari gelapx zaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. SAYA tidak s7 dng anda kalau islam NU harus menjadi pengikut gusdur, karena gusdur adalah pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) Indonesia, saya s7 kalau islam NU (Ahlussunnah Waljamaah) adalah Pengikut Ajaran Nabi Muhammad, Khulafairasyidin, Para Sahabat, Tabi'in, Tabiut Tabi'in, Wali Songo dan Para Imam Ahlusunnsh Waljamaah, KH. Hasyim Ashari (Pendiri NU)

      Hapus
  34. jaringan gusdurian adalah para pasukan yang akan membawa islam semakin cerah dan berjaya

    BalasHapus
  35. Insha Allah NU yang lebih banyak direstui Allah SWT dan Rasul-Nya...

    BalasHapus
  36. Insha Allah NU yang lebih banyak direstui Allah SWT dan Rasul-Nya...

    BalasHapus
  37. Insha Allah NU yang lebih banyak direstui Allah SWT dan Rasul-Nya...

    BalasHapus
  38. Setuju NU itu Indonesia bgt. Sedangkan Muhammadiyah sok kebarat-baratan padahal Indonesia juga

    BalasHapus
  39. Gak layak dibaca,,,,karena berat sebelah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dibantah dong mana yg berat sebelah/salah, sampaikan seharusnya yg benar seperti apa.

      Hapus
  40. Dalam Agama Islam itu sebenarnya bercerai berai (bergolong2n) hukumnya Haram. Yang utama di ikuti kn AL QUR'AN dan HADIST SAHIH, bukan golong2n.

    BalasHapus
  41. yAPSSSSSSSSSSSSSSSS..... Pelangi indah karena berbeda-beda warna,.... mari kita bersatu dalam PERBEDAAN agar selalu indah baik Dzohiriyyah maupun batiniyyah ^_^.....

    BalasHapus
  42. cukup adil, . yang tidak adil ketika pembaca merasa di kesampingkan, ..
    hhaha gari moco ae ojo ribut, . nak komen yo sing apik yo kon,. hhehe
    sipppp bisa untuk tambahan refrensi..

    BalasHapus
  43. Balasan
    1. Bantah dong bagian mana yg anda tidak setuju, dan sampaikan alasannya...gitu

      Hapus
  44. anda anteknya siapa...gak ada manfaatnya tulisanya bagi nu atau muhammadiyah,hanya orang kolot yang fanatik karena kolot kurang ilmu.kalau menulis lagi tolong...di fikirkan untuk kemaslahatan umat bukan golongan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebaiknya anda sampaikan bagian mana yg salah, dan beritahu pembaca yg benar yg mana menurut Anda...gitu

      Hapus
    2. Sebaiknya anda sampaikan bagian mana yg salah, dan beritahu pembaca yg benar yg mana menurut Anda...gitu

      Hapus
  45. kalau ngaku ISLAM Pelajari NU dan MD bandingkan dan beristiqfar kepada allah mana yg sesuai ajaran Nabi dan Pengikut2 beliu(jangan bilang pengikut Alquran dan Hadis) tapi pakai hadis lemah dan palsu) tentang Puasa Salah satu Melaksanakan Hari Raya dan Satunya lagi Berpuasa Hukumnya Apa, sadar kaum muslimin dan muslimat, ingat akan mati dan pertanggung jawabkan akan diminta oleh Allah, tetang perbedaan tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mang ga boleh pakai hadist dhoif ...yg doif kan sanadnys bukan hadistnya. gimn klo hadist itu bnr dan ente menginkarinya..'duduk diatas kursi api neraka'.lagian yg menilai hadist itu doif/shohih manusi jg..bisa aja salah. lebih baik prasangka baik daripa buruk..apalagi ttg nabi..

      Hapus
  46. Alhamdulillah dapat wawasan baru... Oo gitu to ceritanya.... Mangkanya kalau ustadz ustadz ceramah itu selalu mengatakan kalau dulu NU dan MD itu sama...
    Terima kasih buat penulis semoga hidayah fan pertolongan Allah selalu menyertai anda

    BalasHapus
  47. Alhamdulillah dapat wawasan baru... Oo gitu to ceritanya.... Mangkanya kalau ustadz ustadz ceramah itu selalu mengatakan kalau dulu NU dan MD itu sama...
    Terima kasih buat penulis semoga hidayah fan pertolongan Allah selalu menyertai anda

    BalasHapus
  48. Alhamdulillah dapat wawasan baru... Oo gitu to ceritanya.... Mangkanya kalau ustadz ustadz ceramah itu selalu mengatakan kalau dulu NU dan MD itu sama...
    Terima kasih buat penulis semoga hidayah fan pertolongan Allah selalu menyertai anda

    BalasHapus
  49. Alhamdulillah dapat wawasan baru... Oo gitu to ceritanya.... Mangkanya kalau ustadz ustadz ceramah itu selalu mengatakan kalau dulu NU dan MD itu sama...
    Terima kasih buat penulis semoga hidayah fan pertolongan Allah selalu menyertai anda

    BalasHapus
  50. Allahumma Sholli'alaa Muhammad

    BalasHapus